Laporan
Praktikum Kimia Organik Bahan Alam
Isolasi dan Penentuan Kadar Nikotina Tembakau
Pendahuluan
Alkaloid merupakan golongan
metabolit sekunder tumbuhan yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup
senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen baik sebagai
bagian dari sistem heterosiklik atau bukan bagiannya. Alkaloid biasanya tanwarna,
sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal, tetapi hanya
sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar (Harborne 2006).
Alkaloid dapat dikelompokan menjadi alkaloid sesungguhnya, protoalkaloid, pseudoalkaloid.
Alkaloid sesungguhnya adalah racun, menunjukan aktivitas fisiologi yang luas,
dan biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Protoalkaloid
merupakan asam amino yang relatif sederhana dengan nitrogen asam amino tidak
terdapat dalam cincin heterosiklik. Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari
prekursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid
yang penting dalam kelas ini, yaitu alkaloid stereoidal dan purin (Pranata
1997).
Nikotina merupakan suatu cairan
alkaloid berwarna kuning pucat hingga coklat tua yang ditemukan dalam tanaman
Solanaceae. Kadar nikotin merupakan kunci untuk menentukan kualitas tembakau.
Banyak faktor yang memengaruhi kadar nikotin ini, yaitu jenis tembakau, jenis
tanah, kadar nitrogen tanah, tingkat kematangan tembakau, dan masa penguningan
(Tassew 2007). Senyawa ini terdapat sekitar 0.6-3 % dalam tembakau kering.
Senyawa ini dibentuk selama biosintesis yang berlangsung di akar dan
terakumulasi di daun (Chitra dan Sivaranjani 2012). Nikotina bersifat higroskopis, dapat bercampur
dengan air pada suhu di bawah 60 °C, sangat larut dalam alkohol, kloroform,
eter, kerosin, dan sejenisnya (Tassew 2007). Keberadaan nikotina ini dapat
diuji dengan menggunakan berbagai pereaksi seperti pereaksi Mayer, Dragendorf,
dan Wagner. Struktur dari nikotina adalah sebagai berikut.
Gambar 1
Struktur nikotina
Tujuan
Praktikum
Praktikum
bertujuan mengekstrak nikotina dari daun tembakau kering, menguji kualitatif
keberadaannya dengan pereaksi Mayer, Dragendorf, dan Wagner, serta mengukur
kandungannya dalam contoh.
Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan di antaranya gelas piala, tabung reaksi, hot plate, neraca analitik, dan penguap putar. Bahan yang digunakan
di antaranya daun tembakau kering, petroleum eter, NaOH 20%, pereaksi Mayer,
Dragendorf, dan Wagner, boraks, H2SO4 2 M, dan HCl 0.01
N.
Prosedur
Isolasi nikotina
Mula-mula 20 g tembakau kering
dimasukan ke dalam erlenmeyer bertutup asah. Kemudian sebanyak 20 mL NaOH 20%
ditambahkan ke dalamnya dan diaduk merata. Setelah itu, 300 mL petroleum eter
ditambahkan, ditutup rapat, dan dikocok. Kemudian residu tembakau dipisahkan
dari filtratnya dengan penyaringan gravitasi. Setelah itu, Na2SO4
anhidrat ditambah ke dalam filtrat yang diperoleh dan didiamkan sebentar.
Kemudian ektrak petroleum eter tersebut dipekatkan dan dihitung kadar
nikotinanya.
Uji kualitatif
untuk alkaloid
Mula-mula sebanyak 0.3 g ekstrak
dilarutkan ke dalam 10 mL kloroform-amonia dan disaring. Kemudian beberapa
tetes H2SO4 2 M ditambah ke dalam filtrat dan dikocok
hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan asam yang tidak berwarna dipipet ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan pereaksi Mayer, Dragendorf, atau Wagner. Jika
terdapat endapan putih, endapan merah jingga, atau endapan coklat ketika
berturut-turut pereaksi Mayer, Dragendorf, atau Wagner ditambah ke dalam
filtrat maka terdapat alkaloid dalam ekstrak tersebut.
Penetapan
nikotina
Mula-mula sebanyak 1 g tembakau yang
telah dihaluskan dimasukan ke dalam erlenmeyer 50 mL bertutup asah, ditambahkan
1 mL NaOH 20%, dan diaduk rata. Kemudian sebanyak 20 mL petroleum eter
ditambahkan, ditutup rapat, dikocok, dan didiamkan beberapa saat. Setelah batas
lapisan petroleum eter terlihat jelas, sebanyak 10 mL cairan petroleum eter
diambil dan dipindahkan ke erlenmeyer lain. Kemudian cairan petroleum eter
tersebut diuapkan di atas penangas air hingga hanya tersisa sekitar 2 mL.
Setelah itu 10 mL akuades dan 2 tetes indikator merah metil ditambahkan ke
dalam erlenmeyer. Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan 0.01 N HCl hingga
warna hijau kekuningan berubah menajdi merah muda. Penetapan ini dilakukan
duplo.
Standardisasi
HCl
Mula-mula sebanyak 50 mL larutan
boraks 0.01 N dibuat. Sebanyak 10 mL larutan ini kemudian diambil ke dalam
erlenmeyer dan dititrasi dengan HCl yang akan distandardisasi dengan
menggunakan indikator merah metil. Stadardisasi dilakukan triplo.
Hasil
dan Perhitungan
Isolasi nikotina
Bobot tembakau = 20.60 g
Bobot labu kosong = 184.95 g
Bobot ekstrak = 0.3572 g
Uji kualitatif alkaloid
Tabel
1 Hasil uji kualitatif alkaloid
Penetapan kadar
nikotina
Tabel
2 Hasil penentuan kadar nikotina
Standardisasi
HCl
Pembuatan
larutan boraks 0.01 N
Tabel
3 Hasil standardisasi HCl
Pembahasan
Nikotina yang merupakan alkaloid
diekstraksi dari tembakau kering. Mula-mula basa NaOH ditambahkan ke tembakau
kering. Penambahan basa ini bertujuan menggaramkan asam yang tergabung dengan nikotina
yang terdapat dalam tembakau karena nikotina umumnya tergabung dengan asam yang
terdapat dalam tumbuhan. Nikotina sendiri merupakan basa (basa Lewis) yang
ditandai dengan adanya pasangan elektron bebas pada atom nitrogen. Kemudian
penambahan basa ini dilanjutkan dengan penambahan petroleum eter. Penambahan
petroleum eter ini bertujuan mengekstrak nikotina dari tembakau kering yang
sudah diadakan sebelumnya. Seharusnya terbentuk dua lapisan antara petroleum
eter dan basa NaOH. Batas antara dua senyawa tersebut tidak terlihat mungkin
disebabkan oleh ketidakmurnian senyawa yang digunakan sehingga kedua senyawa
tersebut dapat tercampur. Petroleum eter berfungsi melarutkan nikotina yang
telah terbebas dari asam karena nikotina dapat larut dalam pelarut seperti
petroleum eter. Ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi nikotina ini adalah
sebesar 0.3572 g dari 20.60 g tembakau kering yang digunakan.
Kadar Nikotina dalam 1 g tembakau kering
terdeteksi sebesar 31.8157 mg/g atau
setara dengan 3.1816%. Hasil ini sesuai dengan kadar nikotina yang telah
dinyatakan sebelumnya. Penetapan kadar nikotina dilakukan dengan titrasi
menggunakan HCl yang telah di standardisasi sebelumnya dengan boraks. Standardisasi
ini perlu dilakukan karena HCl berbentuk larutan dan HCl tidak stabil di udara
terbuka. Boraks dipilih sebagai standar primer karena kemurniannya yang tinggi,
stabil dalam keadaan biasa, dan memiliko bobot ekivalen yang tinggi (Harjadi
1986).
Gambar 1 Hasil uji kualitatif alkaloid (a) pereaksi Mayer (b)
pereaksi Dragendorf (c) pereaksi Wagner
|
Keberadaan alkaloid khususnya nikotina dalam ekstrak yang diperoleh diuji secara kualitatif dengan menggunakan pereaksi Mayer (sol kalium tetra iodo merkurat), Dragendorf ( sol kalium bismut iodida), dan Wagner (I2 dalam Kalium iodida). Uji kualitatif yang dilakukan hanya menunjukkan hasil positif keberadaan alkaloid pada penambahan pereaksi Dragendorf dan Wagner (gambar 1). Ini ditunjukan dengan munculnya endapan merah jingga pada penambahan pereaksi Dragendorf dan endapan coklat pada penambahan pereaksi Wagner. Tidak munculnya endapan putih pada penambahan pereaksi Mayer mungkin terutama disebabkan oleh tidak segarnya pereaksi Mayer yang digunakan. Bagaimana pun, hasil uji ini menunjukan keberadaan alkaloid dalam tembakau kering yang diuji.
Simpulan
Nikotina dapat diekstrak dan
ditentukan kadarnya dari daun tembakau kering dengan menggunakan petroleum eter
karena kemampuannya untuk larut dalam solven ini. Keberadaanya dalam ekstrak
yang diperoleh dapat diketahui dengan menggunakan pereaksi Mayer, Dragendorf,
atau Wagner. Hasil uji akan sesuai jika pereaksi yang digunakan masih baik dan
segar.
DAFTAR
PUSTAKA
Chitra
S, Sivaranjani K. 2012. A comparative phytochemical analysis of tobacco and its
natural extract-an eccentric approach. International
Journal of Pharmacy and Pharmaeutical Sciences 4: 1-2
Harborne JB. 2006. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah; Niksolihin
S, editor. Bandung: ITB. Terjemahan dari: Phytochemical
Methods.
Harjadi W. 1986. Ilmu
Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.
Pranata
FS. 1997. Isolasi alkaloid dari bahan alam. Biota
2: 96-99
Tassew
Z. 2007. Levels of nicotine in Ethiopian tobacco leaves [disertasi] Addis
Ababa: Addis Ababa University.
No comments:
Post a Comment